Kamis, 30 September 2010

Tsunami Aceh 2004, Ditahan 'Tapak Tuan'



Menakjubkan pandangan berada di daerah Tapak Tuan. Daerah pesisir pantai Aceh
Selatan ini justru terhindar dari dasyatnya hantaman gelombang tsunami yang
bergulung laksana King Cobra, padahal kecamatan ini berbatasan langsung dengan
Meulaboh, ibu kota Aceh Barat, yang mana kondisinya sudah luluh lantak.
Seiring terhindarnya Tapak Tuan dari tsunami, di tengah masyarakat berkembang
pula cerita bahwa tsunami yang menuju Tapak Tuan dan menerjangnya, ditahan
raksasa berjubah putih, didampingi para santrinya.

Warga Soak Pida, Aceh Barat kepada EQUATOR mengatakan, cerita ini bahkan sudah
santer di masyarakat se-Meulaboh yang selamat. Sejumlah anggota TNI yang
bertugas di sana juga mengaku menyaksikannya.

"Realitanya saja bisa kita lihat daerah Soak Pide. Padahal, ketika 26 Desember
itu tinggi gelombang mencapi dua kali tinggi pohon kelapa masuk, tapi tidak
tersentuh sama sekali ke perumahan," ujar warga bernama Efendi.

EQUATOR yang menyaksikan langsung kawasan Tapak Tuan, juga tidak menemukan
tanda-tanda bahwa ia habis dihantam tsunami. Bangunan tampak dari yang gubuk
sampai permanen berdiri kokoh. Perekonomian rakyat berjalan normal.

Diceritakan Efendi, begitu gelombang tsunami datang, raksasa berjubah itu,
sebelah kakinya di gunung, dan satu lagi di laut. "Inilah anehnya Tapak Tuan,"
ungkapnya.

"Bersama para santrinya, si 'tapak tuan' menahan gelombang dengan telapak
tangan sehingga gelombang perlahan-lahan mereda. Tapak kaki itu panjangnya
sekitar 15 meter. Kita juga bisa melihatnya, karena di museum juga ada
tersimpan tapak kaki seperti itu," terang Efendi.

Bukan itu saja, tambah Efendi meyakinkan, beberapa anggota TNI mengaku
melihatnya dengan mata kepala sendiri. "Diantara mereka juga ada yang memotret,
tapi fotonya tidak jadi. Kalau kita kaji mungkin bisa saja ada benarnya. Karena
Tapak Tuan lebih dekat dengan laut bila dibandingkan Meulaboh tapi kok bisa
selamat yah?"


Laporan Wartawan Equator Khairul Mikrad dari Meulaboh
Sumber : http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppi-india/2005-01/msg00447.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar